Dosen :
Dra. Fatmawati, M.Si
Disusun Oleh :
D
I
S
U
S
U
N
O
L
E
H
Muhammad Amin
105730460513
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
Universitas
Muhammadiyah Makassar
2014
i
KATA PENGANTAR
السلام علىكم و
رحمة الله و بركاته
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT. serta tidak lupa pula kita ucapkan shalawat dan taslim kepada baginda Nabi
Muhammad SAW. karena atas ridho-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Namun sebagai manusia biasa penulis tidak
luput dari kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sekalian, penulis akan menerima dengan tangan
terbuka oleh karena itu diucapkan terima kasih .
بالله فى سبل الحق فستبق الخىرات
MAKASSAR, November 2014
ii
Daftar Isi
Halaman Sampul……………………………………………………….…… i
Kata Pengantar………………………………………………………....…… ii
Daftar Isi……………………………………………………………….…… iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang…………………………………………………..….. 1
BAB II PEMBAHASAN
1.
Isu Lingkungan Global……….……………………………………... 2
2.
Isu Lingkungan Nasional………………………………………......... 4
3.
Isu Lingkungan Lokal………..…………………………………........ 7
4.
Studi Kasus………………………………………………………...... 8
5.
Penyebab Pemanasan Global………………………………………... 10
6.
Dampak
Pemanasan Global………………………………………… 13
7.
Pengendalian Pemanasan Global…………..………………….……. 16
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan……………………………………….…………………. 18
Daftar Pustaka
iii
BAB II
PEMBAHASAN
- Isu
Lingkungan Global
Isu
lingkungan global merupakan permasalahan lingkungan dan dampak yang ditimbulkan
dari permasalahan lingkungan tersebut mengakibatkan dampak yang luas dan serius
bagi dunia serta menyeluruh. Isu lingkungan global mulai muncul dalam berberapa
dekade belakangan ini. Kesadaran manusia akan lingkungannya yang telah rusak
membuat isu lingkungan ini mencuat. Isu lingkungan global yang mencuat ke
permukaan yang bersifat global serta yang paling penting dalam lingkungan
adalah mengenai pemanasan global.
Pemanasan
global atau yang sering kita sebut global warming adalah adanya proses
peningkatan suhu rata-rata atmosfer,laut, dan daratan bumi. Pemanasan global
atau global warming menjadi isu global mutakhir terkait lingkungan hidup
dimana pencemaran dan pengrusakan terhadap lingkungan dianggap sebagai faktor
penyebab hilangnya sifat kealamiahan bumi akibat pemanasan global. Dunia pun menyadari
untuk melakukan upaya keras mengingat semakin terancamnya eksistensi kehidupan.
Diperkirakan,
setiap tahun dilepaskan 18,35 miliar ton karbon dioksida (18,35 milliar ton
karbon dioksida ini sama dengan 18,35 X 1012 atau 18.350.000.000.000/kg karbon
dioksida).Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin
menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari Matahari yang
dipancarkan ke Bumi. Inilah yang disebut dengan Efek Rumah Kaca.
Suhu
rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ±
0.32 °F) selama
seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak
pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan
ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi,
masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan
yang dikemukakan IPCC tersebut.
2
Sebagian
besar para ilmuawan telah mencapai suatu kesepakatan mengenai fenomena yang
terkenal dengan nama pemanasan global dan telah menjadi sorotan utama
masyarakat dunia sekarang. Selama setengah abad sekarang ini, gas rumah kaca
CO2, methan, nitrat oksida dan CFC dilepaskan ke atmosfir bumi dalam jumlah
yang sangat besar dan dengan konsekuensi yang sangat besar. Menurut laporan
panel antara pemerintahan antar perserikatan bangsa-bangsa/IPCC, telah terjadi
kenaikan suhu minimum dan maksimum bumi antara 0,5-1,5 derajat. Kenaikan itu
terjadi pada suhu minimum dan maksimum disiang hari maupun malam hari antara
0,5 sampai 2,0 derajat celcius atau temperature rata-rata global telah
meningkat sekitar 0,6 derajat celcius (33 derajat F) diabandingkan dengan masa
sebelum industri.
Jika
emisi gas-gas berbahaya ini terus meningkat sesuai dengan kecenderungan yang
terjadi, konsentrasi gas rumah kaca akan lebih tinggi dan mencapai dua kali
lipat dari sebelum era industri pada tahun 2100. jika ini terjadi, maka
konsentrasi gas rumah kaca akan lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi
selama jutaan tahun terakhir ini. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya
temperature rata-rata global sebesar 2,5 derajat celcius, dengan peningkatan 4
derajat celcius di daratan. Angka tersebut sepertinya kecil dan tidak berarti,
tetapi ketika temperature permukaan bumi meningkat 4 derajat C, peningkatan ini
sebenarnya cukup untuk mengakhiri zaman Es. Saat ini, ketinggian lautan sudah
meningkat karena blok-blok es di lautan mulai mencair. Para ilmuawan mengatakan
bahwa abad paling dalam millennium terakhir adalah abad ke-20. tidak
mengehrankan jika tinggi lautan selama abad ke-20 adalah sekitar 10 cm, dan
sebagian besar diantaranya terjadi pada abad ke-20.
Kenaikan
suhu secara execeptional sangat mencemaskan dibandingkan dengan bencana seperti
banjir dan kekeringan karena kenaikan suhu tidak tergantung dari musim dan bersifat
lintas batas sehingga efek distruksinya besar. Selain dari itu, kenaikan suhu
durasinya lama dan polanya kontinu sehingga menguras totalitas energi. Berbeda
dengan banjir dan kekeringan, sekalipun polanya saat itu acak tetapi magnitude
banjir besar terjadi pada musim hujan dan magnitude kekeringan ekstrem terjadi
pada puncak musim kemarau.
Perubahan iklim sudah tidak lagi menyangkut kepentingan
lingkungan hidup. Namun, sudah meluas pada aspek keamanan pangan, ketersediaan
air bersih, kesehatan masyarakat, gangguan cuaca berupa badai yang kian
meningkat intensitasnya serta ancamannya. Intinya, resiko resiko yang dihadapi
manusia naik tajam. Tidak hanya mengarah pada kerusakan harta benda atau
lingkungan, tetapi juga mengancam jiwa manusia. Pemanasan global telah memicu
peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan melelehnya es di gunung dan kutub,
berkurangnya ketersediaan air, naiknya permukaan air laut dan dampak buruk
lainnya.
3
Pemanasan
global seperti dilaporkan 441 pakar Intergovernmental panel on Climate change,
10 April 2007, menyebabkan naiknya suhu permukaan bumi lima tahun mendatang
berupa kegagalan panen, kelangkaan air, dan kekeringan. Diperkirakan asia akan
mengalami dampak yang paling parah, produksi pertanian tiongkok dan banglades
akan anjlok 30 persen, India akan mengalami kelangkaan air dan 100 juta rumah
warga pesisir akan tergenang.
Laju
pemanasan global yang tidak terkendali akan makin mempercepat pencairan es
dikutub dan meningkatkan permukaan air laut secara drastic. Dampaknya, kawasan
pulau kecil dan pesisir makin tenggelam. Kemudian menimbulkan sedimentasi yang
menutup permukaan terumbu karang. Fenomena tersebut juga akan memicu tingkat
keasaman terumbu karang yang menimbulkan pemudaran (bleaching) hingga kepunahan
ekosistem tersebut akibat sedimentasi dan intensitas cahaya matahari yang
berkurang.
Sifat perubahan iklim tentu tidak mengenal batas Negara. Begitu pula
distribusi dan dampaknya, bahkan akan menimbulkan ketidakseimbangan dan ketidak
adilan antar Negara. Negara-negara industri adalah penyumbang terbesar gas
rumah kaca yang berdampak pada perubahan iklim, sedangkan Negara yang sedang
berkembang yang sedikit konstribusinya dalam fenomena pemanasan global ini
justru terkena dampak yang nyata. Oleh karena itu, semua pihak harus menyatakan
perang melawan pemanasan global dengan perannya masing-masing. Industri
transportasi, ahli pertanian, aktifis lingkungan, pemerintah hingga individu
harus mengerem peningkatan pemanasan global.
- Isu Lingkungan Nasional
Isu lingkungan nasional yaitu
permasalahan lingkungan dan dampak yang ditimbulkan dari permasalahan
lingkungan tersebut mengakibatkan dampak dalam skala nasional. Salah satu
isu lingkungan nasional yaitu sampah. Sampah adalah semua benda atau produk
sisa dalam bentuk padat sebagai akibat aktivitas manusia yang dianggap tidak
bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya atau dibuang sebagai barang
tidak berguna.
“Sampah adalah
suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia
maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.” (Istilah Lingkungan
untuk Manajemen, Ecolink, 1996).
Berangkat
dari pandangan tersebut sehingga sampah dapat dirumuskan sebagai bahan sisa
dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Sampah yang harus dikelola tersebut
meliputi sampah yang dihasilkan dari:
a.
Rumah tangga
b. kegiatan komersial: pusat perdagangan, pasar,
pertokoan, hotel, restoran, tempat hiburan.
c. fasilitas sosial: rumah ibadah, asrama, rumah
tahanan/penjara, rumah sakit, klinik, puskesmas
d.
fasilitas umum: terminal, pelabuhan, bandara,
halte kendaraan umum, taman, jalan,
e.
Industri
f.
hasil pembersihan saluran terbuka umum, seperti
sungai, danau, pantai.
Sampah padat
pada umumnya dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu :
1.
Sampah Organik
Sampah
organik (biasa disebut sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering).
Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang
diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang
lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga
sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah dari dapur, sisa
tepung, sayuran dll.
2.
Sampah Anorganik
Sampah
Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak
bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam
seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak
dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam
waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya
berupa botol, tas plastic, botol kaleng, Kertas, koran, dan karton merupakan
pengecualian. Berdasarkan asalnya,kertas, koran, dan karton termasuk sampah
organik. Tetapi karena kertas, koran, dan karton dapat didaur ulang seperti
sampah anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka dimasukkan ke
dalam kelompok sampah anorganik.
Sudah
kita sadari bahwa pencemaran lingkungan akibat perindustrian maupun rumah
tangga sangat merugikan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Melalui kegiatan perindustrian dan teknologi diharapkan kualitas kehidupan
dapat lebih ditingkatkan. Namun seringkali peningkatan teknologi juga
menyebabkan dampak negatif yang tidak sedikit, yaitu :
1.
Dampak bagi kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang
kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang
cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat
dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.
5
Potensi bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
Ø Penyakit diare,
kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan
pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah
(haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang
pengelolaan sampahnya kurang memadai.
Ø Penyakit jamur
dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
Ø Penyakit yang
dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu
penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya
masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa
makanan/sampah.
Ø Sampah beracun:
Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat
mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal
dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan
akumulator.
2.
Dampak Terhadap Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke
dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan
dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan
berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam
air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain
berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
3.
Dampak terhadap keadaan social dan ekonomi
Ø Pengelolaan
sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi
masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah
bertebaran dimana-mana.
Ø Memberikan
dampak negatif terhadap kepariwisataan.
Ø Pengelolaan
sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat.
Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk
mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja,
rendahnya produktivitas).
Ø Pembuangan
sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak
bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.
Ø Infrastruktur
lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti
tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan
sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di
jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan
diperbaiki.
6
- Isu Lingkungan Lokal
Isu lingkungan lokal merupakan yaitu
permasalahan lingkungan dan dampak yang ditimbulkan dari permasalahan
lingkungan tersebut mengakibatkan dampak sangat dirasakan bagi daerah lokal.
Salah satu isu pencemaran lokal pada propinsi Kalimantan Barat yaitu pencemaran
sungai Kapuas. Sungai Kapuas merupakan sungai yang ada di Kalimantan Barat dan
telah menjadi sumber air yang digunakan oleh penduduk setempat untuk melakukan
aktifitas seperti mencuci, mandi dan lain sebagainya.
Menurut D.
Dwidjoseputro (1990:125), pencemaran air merupakan suatu perubahan kualitas
fisik, kimia dan biologi air yang tidak diinginkan, sehingga dapat menimbulkan
kerugian kerena mempengaruhi sistem kehidupan.
Apabila semua
kegiatan industri dan teknologi memperhatikan dan melaksanakan pengolahan air
limbah industri dan masyarakat umum juga tidak membuang limbah secara
sembarangan maka masalah pencemaran air sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan.
Namun, dalam kenyataannya masih banyak industri atau suatu pusat kegiatan kerja
yang membuang limbahnnya ke lingkungan melalui sungai Kapuas. Pembuangan air
limbah secara langsung ke lingkungan inilah yang menjadi penyebab utama
pencemaran air di sungai Kapuas.
Persoalan
kualitas air adalah persoalan serius daerahKalomantan Barat, di mana 70 persen
masyarakat Kota Pontianak dan Kalbar masih menggunakan air Sungai Kapuas secara
langsung sebagai air konsumsi sehari-hari, baik melalui proses penyaringan PDAM
maupun tidak.
Pencemaran
berbagai zat kimia berbahaya di Sungai Kapuas di Kalimantan Barat saat ini
sudah terjadi mulai bagian hulu hingga hilir sungai. Sungai Kapuas tak hanya
tercemari zat kimia merkuri, tetapi juga limbah pabrik, bakteri coli, dan ada
juga indikasi tercemar pestisida dari perkebunan. Dari penelitian Fakultas MIPA
Universitas Tanjungpura Pontianak pertengahan 2008 di hulu Sungai Kapuas, di
Kabupaten Sintang dan Sekadau, tampak bahwa sungai dengan panjang 1.086
kilometer itu secara kimiawi dan biologis sudah tercemar. Temuan ini melengkapi
penelitian beberapa tahun sebelumnya, saat ditemukan kandungan Hg yang melebihi
ambang batas di bagian hilir Sungai Kapuas.
Sungai Kapuas
telah menunjukan gejala tercemar oleh zat kimia merkuri, limbah pabrik, bakteri
coli, dan ada juga indikasi tercemar pestisida dari perkebunan. Hal ini
terlihat pada saat musim hujan sungai menjadi keruh dan tidak jernih lagi.
Sehingga menimbulkan kekhawatiran apabila kondisi ini dibiarkan maka 5 tahun ke
depan, akan tak melihat lagi sungai yang jernih dan layak untuk dikonsumsi.
7
Merkuri
merupakan bahan kimia yang biasa digunakan untuk memurnikan butiran emas pada
penambangan emas tanpa izin. Merkuri yang masuk ke tubuh manusia bisa
mengganggu sistem saraf dan sistem enzym yang berguna bagi metabolisme tubuh.
Dampak pada manusia: menderita tremor, hilang ingatan, mengganggu pertumbuhan
janin. Beradasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Kapuas juga
ditemukan adanya biota Benthos jenis Chironomous. Jenis ini hanya
dapat hidup di daerah tercemar. Di sana juga dijumpai plankton yang hanya hidup
di air tercemar.
Sejauh ini, air
Sungai Kapuas dikatakannya masih kerap dimanfaatkan untuk industri, perhotelan,
rumah makan dan sejenisnya. Pencemaran di daerah aliran sungai (DAS) Kapuas
selama ini dijelaskannya akibat pengaruh aliran hulu ke hilir, kandungan
merkuri akibat aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI), limbah rumah
tangga dan industri.
Mudahnya
merkuri dijual di pasaran Kalbar, baik dalam kemasan kantung maupun botol
plastik, turut berdampak mencemari Sungai Kapuas. Harga senyawa yang dipakai
untuk aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin ini pun amat terjangkau bila
dibandingkan dengan harga emas yang melangit.Merkuri dijual seharga Rp 25 ribu
per gram. Bapedalda Provinsi Kalbar pun belum diketahui nama perusahaan yang
mengelola distribusi merkuri di Kalbar. Sebab, di negara ini pun belum ada satu
pabrik pun yang memproduksi merkuri dalam kapasitas untuk diperjual belikan.
Dari hasil
penelitian yang telah mereka lakukan di beberapa wilayah yang selama ini
dijadikan sebagai kawasan pertambangan emas, daerah di DAS Kapuas yang memiliki
kandungan air raksa tertinggi terdapat diwilayah kecamatan Timpah. Dibandingkan
hasil penelitian 2001, terdapat sedikit penurunan kadar mercury yang terkandung
dalam air sungai di DAS Kapuas. Dari 50 lokasi yang dijadikan sampel penelitian
ketika itu, diketahui kandungannya telah mencapai 0,0262 hingga 0,0351 miligram
air raksa per 1 liter.
Namun
pencemaran itu harus diwaspadai sedini mungkin,mengingat pengonsumsian air
raksa bisa terjadi tidak secara langsung tanpa harus lebih dahulu menggunakan
air sungai yang tercemar seperti untuk minum atau memasak.Antara lain seperti
mengkonsumsi ikan sungai.
- Studi
Kasus
Tidak dapat dipungkiri lagi, manusia
sebagai makhluk yang “lebih berkuasa” merupakan pemeran utama adanya pemanasan
global. Hal ini disebabkan manusia lah yang penyumbang gas rumah kaca terbesar.
Dari berbagai aktivitasnya penggunaan energi fosil merupakan penyumbang gas
rumah kaca terbanyak. Berdasarkan World Development Report 1998/99 dari
Bank Dunia, total emisi CO2 dunia pada tahun 1995, baik berasal dari
penggunaan energi maupun dari sumber lain sebesar 22.700 juta ton.
Amerika Serikat
menempati urutan pertama dalam hal pembuangan emisi gas CO2 sebanyak
24,1% (melebihi Jepang, India, China, maupun gabungan tiga negara ini, maupun jika
dibandingkan dengan Eropa).
8
Selain
penggunaan energi fosil, pemakaian barang-barang yang akan menimbulkan aerosol
yang berlebihan di atmosfer juga menimbulkan pemanasan global. Sebagai contoh
penggunaan freon pada AC, pemakaian hair dan parfum spray maupun asap kendaraan
bermotor yang menimbulkan senyawa timbal (Pb).
Semakin
berkurangnya hutan memegang peranan dalam pemanasan global. Kawasan hutan
merupakan areal yang mempunyai manfaat langsung bagi masyarakat, namun pada
kenyataannya selama ini belum banyak dipahami kalangan awam sebagai sesuatu
yang berarti. Mereka menilai kawasan hutan merupakan kawasan tutupan hutan yang
hanya mempunyai makna ekonomi jika kayu yang ada di dalamnya bisa dijual atau
dimanfaatkan untuk bangunan.
Air yang
terserap dari gunung menciptakan kesuburan tanah dan menjaga kecukupan air
masyarakat yang keluar lewat mata air kemudian dialirkan melalui sungai-sungai
dan air tersebut dimanfaatkan untuk lahan pertanian masyarakat sekitar.
Memang sangat
berorientasi pada kepentingan manusia yang ada disekitar kawasan hutan, namun
jika dihubungkan secara global, ekosistem hutan lebih dari itu. Hutan telah
berjasa dalam keseimbangan iklim, mengurangi polusi, mereduksi, menyerap CO2
dan mengurangi pemanasan global.
Beberapa tahun
terakhir ini penjarahan hutan atau penebangan liar di kawasan hutan makin marak
terjadi dimana-mana seakan-akan tidak terkendali. Ancaman kerusakan hutan ini
jelas akan menimbulkan dampak negatif yang luar biasa besarnya karena adanya
efek El-Nino dari hilangnya hutan, terutama pada kawasan-kawasan yang mempunyai
fungsi ekologis dan biodiversiti besar. Badan Planologi Departemen Kehutanan
melalui citra satelit menunjukkan luas lahan yang masih berhutan atau yang
masih ditutupi pepohonan di Pulau Jawa tahun 1999/2000 hanya tinggal empat
persen saja. Kawasan ini sebagian besar merupakan wilayah tangkapan air pada
daerah aliran sungai (DAS). Akibat dari kejadian ini hilangnya suatu kawasan
hutan yang tadinya dapat mendukung kehidupan manusia dalam berbagai aspek.
seperti kebutuhan air, oksigen (O2), kenyamanan (iklim mikro),
keindahan (wisata), penghasil kayu, rotan, dammar, penyerapan karbon, pangan
dan obat-obatan, sekarang ini sudah sulit di dapatkan lagi.
9
A.
Penyebab pemanasan global
1.
Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi
berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi
gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi
ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra
merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap
terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini.
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan
Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini
terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas
dalam rumah kaca. Dengan
semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas
yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca
ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena
tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata
sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C
(59 °F) dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu
bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan
tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan
mengakibatkan pemanasan global.
2.
Efek umpan balik
Anasir penyebab
pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus
pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2,
pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke
atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus
berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu
kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih
besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan
balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir
konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik
ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang
panjang di atmosfer.
10
Efek umpan
balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila
dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke
permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat
dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra
merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya
menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail
tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit
direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila
dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim
(sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan
Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada
peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif
(menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan
IPCC ke Empat.
Umpan balik
penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat,
es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat.
Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan
terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih
sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak
radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak
lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik
positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya
tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi
terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4
yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan
lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan
oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi
pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
11
3.
Variasi Matahari
Terdapat
hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan
diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan
saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah
kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan
stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati
sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi
kontributor utama pemanasan saat ini.
(Penipisan lapisan ozon juga dapat
memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai
akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas
gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri
hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
Ada beberapa
hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah
diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University
mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50%
peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar
25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model
iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek
gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga
mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga
telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan
dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun,
sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini
disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun
2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya
peningkatan tingkat “keterangan” dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini.
Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat
“keterangannya” selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk
berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan
Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan
variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari
maupun variasi dalam sinar kosmis.
12
B.
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
Para ilmuan
menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi
atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para
ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global
terhadap cuaca, tinggi
permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
1.
Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan
memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan
Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah
lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan
mengecil.
Akan lebih
sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang
sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada
pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit
serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa
area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat
akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan.
Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau
menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek
insulasi pada atmosfer.
Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih
banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan
(lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan,
secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan.
(Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus
tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air
akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi
lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin
dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh
kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan
pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan
terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
13
2.
Peningkatan permukaan laut
Ketika atmosfer
menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya
akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut.
Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10–25 cm (4–10 inchi)
selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9–88 cm
(4–35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan
tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan
meningkat.
Ketika tinggi
lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di
daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk
melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat
melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit
kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan
50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika
Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan
daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar
dari Florida Everglades.
3.
Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin
beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari
sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian
Selatan Kanada, sebagai
contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan
lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di
beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian
gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita
jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai
reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman
pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih
hebat.
14
4.
Gangguan ekologis
Hewan dan
tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini
karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global,
hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi,
pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang
bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan
pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara
cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5.
Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca
dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga
dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan
permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan
kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai
dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan
lain-lain.
Pergeseran
ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya
kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan
adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes
Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat
tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi
kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun
punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan
berdampak perubahan iklim (Climat change)yang bis berdampak kepada peningkatan
kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang/kebakaran hutan, DBD
Kaitan dengan musim hujan tidak menentu).
Gradasi
Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi
pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi
udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan
berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan
lain-lain.
15
C.
PENGENDALIAN PEMANASAN GLOBAL
Konsumsi total
bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1% per-tahun. Langkah-langkah yang
dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah
pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi
efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin
berubahnya iklim di masa depan.
Kerusakan yang
parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan
dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya,
pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih
tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan
dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah
yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan
berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua
pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas
tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon
sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah
kaca.
Cara yang
paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan
memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang
muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbondioksida yang sangat banyak,
memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh
dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di
banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan
kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan
pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini
adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin
bertambahnya gas rumah kaca.
Gas
karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan
menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong
agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi
juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam
sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah
satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbondioksida yang
terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke
aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
16
Salah satu
sumber penyumbang karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil.
Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada
abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk
kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad
ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi.
Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak
langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida yang dilepas ke udara, karena
gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak
apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi
terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke
udara.
Beberapa konferensi dan perjanjian tingkat
internasional juga semakin gencar diupayakan. Perjanjian itu lebih mengarah ke
perdagangan karbon dan peraturan pemotongan emisi bagi negara-negara industri
yang memegang presentase paling besar dalam pelepasan gas-gas rumah kaca.
17
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Berdasarkan dampak yang ditimbulkan dari
permasalahan lingkungan dapat digolongkan menjadi permasalahan lingkungan
global, nasional, dan lokal.
2.
Salah satu isu lingkungan global yang berdampak
menyeluruh dan global yaitu pemanasan global. Pemanasan global adalah adalah
adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan
bumi.Sampah merupakan permasalahan lingkungan nasional.
3.
Sampah adalah semua benda atau produk sisa
dalam bentuk padat sebagai akibat aktivitas manusia yang dianggap tidak
bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya atau dibuang sebagai barang
tidak berguna.
4.
Salah satu permasalahan lingkungan lokal yaitu
oencemaran air yang terjadi di sungan Kapuas Kalimantan Barat.
5.
Penyebab pemanasan global yaitu efek rumah
kaca, efek umpan balik dan variasi matahari.
6.
Dampak yang ditimbulkan dari permasalahan
lingkungan pemanasan global yaitu iklim mulai tidak stabil, peningkatan
permukaan laut, suhu gelombang cenderung meningkat, gangguan ekologis, serta berdampak
sosial dan politik.
7.
Pengendalian pemanasan global dapat dengan cara
menghilangkan karbon dan persetujuan internasional untuk menyikapi permasalahan
lingkungan ini.
18
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Gas_rumah_kaca”
http://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikat”
No comments:
Post a Comment